Beranda Budaya Sajian Menu Olahan Ayam dengan Vibes Anak Muda

Sajian Menu Olahan Ayam dengan Vibes Anak Muda

2
0
Sajian Menu Olahan Ayam dengan Vibes Anak Muda



Sajian Menu Olahan Ayam dengan Vibes Anak Muda

Harianjogja.com, SLEMAN — Meski di sepekan terakhir Ramadan, nuansa semarak Ramadan di Masjid Suciati Saliman seakan tak pernah redup dari kedatangan para jemaah. Kegiatan sahur dan berbuka puasa di Masjid Suciati Saliman juga menjadi agenda yang rasanya tak patut dilewatkan.

Waktu berbuka memang lama, namun tim yang mempersiapkannya sudah mulai sibuk sejak bakda Ashar. Olahan menu buka di Masjid Suciati Saliman akan mulai dikirim sebelum Salat Ashar. Staf Masjid Suciati Saliman, Nanang Panji Pratama mengatakan usai salat ditunaikan, takmir dan para relawan selanjutnya akan begeser ke basement, tempat buka bersama nantinya akan digelar.

Tim akan memulai dengan membersihkan area tempat berbuka. Menyusul lantak yang sudah bersih, gulungan karpet-karpet panjang akan digelar. Dari sana, relawan dan takmir akan berfokus menata makanan berbuka yang telah dikirim pihak katering.

“Setelah Ashar kita sudah mulai menata karpet, meja dan semuanya,” kata Nanang pada Minggu (23/5/2025)

Bukan waktu yang singkat untuk menata puluhan lusin piring untuk wadah takjil. Dulu, ketika pandemi belum dikenali, santab takjil dikakukan secara prasmanan. Namun pasca Covid-19 reda, buka bersama dihidangkan per piring dengan porsi yang telah disediakan takmir.

Praktis, sejak bakda Ashar relawan harus mulai menata makanan ke dalam porsi-porsi piringan. Hal ini tentu memakan waktu yang cukup lama, apalagi bila jumlah takjil yang disajikan mencapai ratusan.

Rata-rata ratusan porsi menu takjil disiapkan setiap buka puasa. Paling sedikit sekitar 300 porsi. Tetapi dalam rekornya, takmir pernah menyiapkan 500 porsi santab berbuka yang juga ludes dalam hitungan menit.

Meski waktu penyajiannya membutuhkan waktu sekitar satu jam. Piring-piring makanan yang dihidangkan bisa segera berpindah tengan kepada para jemaah yang berbuka usai adzan berkumandang.

Padahal tak kurang dari 20 relawan setiap harinya membantu menyiapkan santab buka. Namun penataan makanan biasanya baru selesai di pukul 16.30 WIB.

“Selesai menata itu dikisaran jam setengah lima. Itu sudah ditempatkan semua di meja-meja piring dan untuk minuman kita hidangkan waktu pukul 17.15 WIB. Karena yang minumannya kita hidangkan biar tidak dingin. Kita akan menyajikan teh hangat,” ujarnya.

Saking banyaknya jemaah yang nyaman berbuka di Masjid Suciati Saliman, terkadang hidangan makanan yang disajikan bisa kurang. Bila sudah begini takmir akan berusaha tetap memberikan sajian berbuka kepada jemaah yang belum dapat makanan berbuka dengan roti. Dengan demikian semua tetap bisa berbuka beesama dan bersama-sama merasakan hangatnya suasana berbuka di Masjid Suciati Saliman

“Kadang-kadang karena saking jemaahnya yang ngaji atau yang datang kesini banyak. Di suatu hari pernah kita menyediakan 300 porsi, tetapi jemaah belum dapat dan itu kita kasih yang belum mendapatkan jatan nasi kita kasih dengan roti,” ujarnya.

BACA JUGA: Tol Jogja-Solo: Ribuan Kendaraan Mulai Masuk Wilayah DIY Via Exit Toll Tamanmartani

Sudah sejak 2019, Masjid Suciati Saliman menyediakan santab buka dan sahur. Kegiatan ini hanya sempat berhenti setahun kala Covid-19 di 2020.

“Jadi kita mengurangi yang namanya kerumunan, disediakan seperti perpiring gitu. Setelahnya setelah Covid sudah selesai, kita membuka kembali buka dan sahur bersama,” ungkapnya.

Untuk buka puasa, Masjid Suciati Saliman menyediakan kurang lebih 300-500 porsi. Sementara untuk sahurnya  200-300 porsi dihidangkan setiap dini hari. Buka dan sahur bersama di Masjid Suciati Saliman ini didanai dari hasil donasi dan infak masjid.

Diungkapkan Nanang, jumlah porsi uang disediakan biasanya dikira-kira dari jumlah jemaah Tadabur Senja, kajian yang digelar di sore hari sembari menanti waktu berbuka. Apabila pengisi kajian yang dihadirkan memiliki jemaah yang banyak, maka porsi hidangan berbuka pun diperbanyak untuk mencukupi kebutuhan buka jemaah.

Sementara menu Sahur biasanya merupakan tambahan dalam 10 hari terakhir Ramadhan. Ini karena pada saat itu ada banyak jemaat yang melakukan masjid di masjid.

“Dikarenakan di 10 hari terakhir ini ada yang jemaah iktikaf, kurang lebih ada 150 orang yang tinggal di masjid,” ungkapnya.

Sejak mengabdi di Masjid Suciati Saliman, menurut Nanang awal, pertengahan atau akhir ramadan tak menentukan banyak sedikitnya jemaah yang buka dan sahur di masjid. Melainkan dipengaruhi faktor cuaca. Jika hujan turun, jemaah yang ikur berbuka atau sahur biasanya juga ikut berkurang.

“Dari awal hingga pertengahan setelah saya lakuin ini ada naik turun. Karena keadaan cuaca juga nggak menentu. Beberapa hari yang lalu ada yang hujan, tiba-tiba panas, tiba-tiba hujan,” terangnya.

Soal menu, sajian buka dan sahur di Masjid Suciati Saliman tidak perlu dipertanyakan lagi. Suguhan olahan daging ayam mendominasi menu santab buka maupun sahur.

“Sudah ada perincian yang sudah di jadwal catering. Karena kita punya catering tersendiri untuk mengolah makanan sahur dan buka itu,” ujarnya.

“Ada olahan yang jelas dikarenakan pemilik masjid ini punya usaha pemotongan ayam dan buka dan sahur itu isinya olahan ayam,” imbuhnya.

Mulai dari ayam goreng, ayam bakar, fried chicken, ayam gulai, ayam kecap, ayam bakar, sate ayam dan menu ayam lainnya akan menghiasi menu buka dan sahur Masjid Suciati Saliman.

Digelar dari tahun ke tahun, harapan Nanang kegiatan buka dan sahur bersama ini dapat mendekatkan masyarakat ke masjid. “Ya mungkin harapan kedepannya sih dari beberapa jemaah bisa mendapatkan fasilitas dan bisa mengunjungi seperti apa, memanfaatkan fasilitas yang ada. Jadi harapannya ya itu semestinya menjalin hubungan lebih dekat lagi ke jamaah. Salah satu alasan juga ya ini dipertahanan ini,” tuturnya.

Kata Nanang, kebanyakan jemaah yang berbuka di Masjid Suciati Saliman dari kalangan mahasiswa dan pekerja perusahaan di sekitar area masjid. “Kebanyakan dari para pekerja perusahaan terus lalu ada mahasiswa dan juga ada yang warga sekitar,” tandasnya.

Bagi Nanang, dia merasa senang bisa ikut terlibat dalam penyediaan buka dan sahur bersama ini. Ada rasa senang yang ia rasakan secara pribadi bisa turut terlibat memberikan sumbangsih untuk kegiatan positif semacam ini

“[Harapannya] makin banyak yang ke masjid dan makin banyak yang tahu tentang masjid Suciati ini,” kata Nanang.

Suasana ramadan termasuk buka dan sahur di Masjid Suciati Saliman memang menjadi pilihan masyarakat dari berbagai asal. Baskoro misalnya, warga asal Tempel tersebut sudah berkali-kali sengaja datang untuk berbuka di Masjid Suciati.

“Satu dekat, terus kedua memang juga lumayan sering karena fasilitasnya juga enak dan ustaznya juga menarik,” ungkap Baskoro.

Suasana ramadan di Masjid Suciati yang semarak dan kenyal dengan nuansa anak muda plus fasilitas yang lengkap jadi alasan Baskoro memilih Masjid Suciati sebagai lokasi berbuka. Banyak jemaah muda yang beraktivitas di Masjid Suciati menurut Baskoro.

“Di sini kerasa vibes anak mudanya. Anak mudanya di sini lebih [banyak]contohnya mading itu. Terus pengurusnya itu muda-muda, jadi lebih enak diajak komunikasi,” kata Baskoro yang datang bersama istrinya.

Perihal menu berbuka, tidak ada keluhan dari Baskoro. Menurutnya menu yang ada sudah enak. Namun kalau diminta memilih satu menu favorit di Masjid Suciati Saliman, dia memilih menu ayam bakar yang dirasa spesial.

“Semuanya sih enak, cuma mungkin yang paling enak ayam bakar,” tandasnya.

Berangkat dari rumah pukul 16.30 WIB, Baskoro mengaku tak pernah kehabisan takjil di Masjid Suciati. Dia berharap kegiatan ini dapat terus digelar di tahun-tahun berikutnya.

“Harapannya sih tetap dipertahankan, sama fasilitasnya ditingkatkan,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Berita Google



Source link

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini