Beranda Budaya Masjid Empat Penjuru Jogja dalam Pathok Negara

Masjid Empat Penjuru Jogja dalam Pathok Negara

3
0
Masjid Empat Penjuru Jogja dalam Pathok Negara



Masjid Empat Penjuru Jogja dalam Pathok Negara

Harianjogja.com, JOGJA—Masjid menjadi salah satu pilar dalam berdirinya Kraton Jogja. Di samping Masjid Gedhe yang berada di pusat pemerintahan, Kraton Jogja juga membangun masjid di empat penjuru mata angin. Keempat masjid ini kemudian disebut

Masjid Pathok Negara

Secara makna kata, pathok berarti sesuatu yang ditancapkan sebagai batas atau penanda. Pathok juga bisa berarti aturan, pedoman, atau dasar hukum. Sementara negara berarti negara, kerajaan, atau pemerintahan. Sehingga pathok negara bisa diartikan sebagai batas wilayah negara atau pedoman bagi pemerintahan negara.

BACA JUGA: Puluhan Anak di Bantul Diduga Keracunan Makanan Buka Bersama di Masjid

Posisi Masjid Pathok Negara berada di wilayah pinggiran Kuthanegara, tepat berada di perbatasan wilayah Negaragung. Kuthanegara dan Negaragung adalah sistem pembagian hirarki tata ruang dalam wilayah kerajaan Mataram Islam. Apabila wilayah Kuthanegara merupakan pusat pemerintahan berada, maka Negaragung adalah wilayah inti kerajaan, yang berfungsi sebagai pelingkup atau penyangga pusat pemerintahan.

Masjid Pathok Negara memiliki fungsi sebagai pusat pendidikan, tempat upacara atau kegiatan keagamaan, bagian dari sistem pertahanan, sekaligus bagian dari sistem peradilan keagamaan (Pengadilan Surambi). Pengadilan ini memutus hukum perkara pernikahan, perceraian, atau pembagian waris. Sementara untuk hukum yang lebih besar (perdata atau pidana) diputus di pengadilan Kraton Jogja.

Keempat Masjid Pathok Negara dibangun di masa Sri Sultan HB I. Masjid-masjid ini meliputi Masjid Jami’ An-nur di Mlangi (Barat), Masjid Jami’ Sulthoni di Plosokuning (Utara), Masjid Jami’ Ad-Darojat di Babadan (Timur), dan Masjid Nurul Huda di Dongkelan (Selatan).

Falsafah Masjid Pathok Negara

Di dalam falsafah Jawa, ada istilah kiblat papat limo pancer, atau dikenal juga dengan mancapat-mancalima. Falsafah ini diwujudkan dengan posisi empat Masjid Pathok Negara di empat penjuru mata angin, dengan Masjid Gedhe sebagai pusatnya. Hal ini adalah perwujudan konsep mandala. Jumlah tumpang pada atap digunakan sebagai pembeda antara posisi Masjid Gedhe sebagai pusat, dan keempat masjid lainnya sebagai penjuru.

Mandala dalam konsep pemerintahan merupakan penggambaran keharmonisan antara makrokosmos dengan mikrokosmos (rakyat dan pusat kekuasaan). Dalam bahasa Jawa dikenal sebagai Manunggaling Kawulo Gusti.

Di samping konsep mandala, terdapat juga konsep “dunia waktu”, yaitu penggolongan empat dimensi ruang yang berpola empat penjuru mata angin dengan satu pusat. Konsep ini merupakan penggambaran kesadaran diri manusia akan hubungan yang tidak terpisahkan antara dirinya dengan alam semesta.

BACA JUGA: Ribuan Pengunjungi Padati Festival Ramadan di Masjid Gede Mataram Kotagede Setiap Harinya

Makna terdalam dari konsep ini, apabila manusia mampu mengendalikan eksistensi ganda elemen kehidupan, maka akan tercapai kesempurnaan lingkaran mandala di dalam dirinya. Maka keberadaan Masjid Pathok Negara dengan Masjid Gedhe di tengahnya ini, memberi peringatan kepada para penghuninya agar mengenali dirinya sendiri serta menyatu dengan alam semesta.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Berita Google



Source link

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini