Harianjogja.com, JOGJA—Kegembiraan ibadah dan semangat berbagi di bulan puasa tidak hanya dirasakan umat muslim di wilayah Jogja. Gereja melalui gotong royong umat di dalamnya, ikut merayakan indahnya kebersamaan di bulan suci dengan berbagi takjil.
Mulyono, 56 memacu becak motor yang dikendarainya melintas di Jalan Bantul Rabu (12/3/2025) sore. Dua jam menjelang berbuka puasa tepatnya pukul 16.00 WIB, pikirannya sudah menerawang memilih-milih menu berbuka yang nikmat disantap setelah seharian menahan lapar dan dahaga.
Sekitar 20 meter menjelang sampai di depan Gereja Katolik Hati Kudus Tuhan Yesus (HKTY) Pugeran, matanya berbinar. Bak oase, Pak Mul, sapaannya langsung menyambut uluran kemasan es buah dan sebungkus takjil yang dibagikan umat gereja itu.
Wajah Pak Mul semringah menenteng panganan berbuka yang langsung dicantolkannya di samping kemudi becak motornya itu, lantas melaju setelah berucap “matur nuwun”. “Saya tidak menyangka, jarang saja gereja seperti ini. Biasanya kami hanya menunggu ada dermawan yang berbagi takjil di jalan, tapi kali ini justru dari saudara-saudara dari gereja. Rasanya adem di hati,” kata Pak Mul.
Aksi berbagi ini bukan kali pertama dilakukan oleh jemaat gereja tersebut. Setiap Ramadan, mereka rutin membagikan takjil bagi pengemudi becak, ojek online, serta warga yang melintas menjelang waktu berbuka. Pastor Kepala Paroki Gereja Pugeran, FX. Sukendar menyebut, kegiatan ini adalah bentuk dari cinta kasih dan persaudaraan tanpa sekat.
“Kami percaya bahwa kebaikan tidak memandang agama. Berbagi itu adalah bagian dari ajaran kasih dan kami ingin ikut merasakan kebahagiaan Ramadan bersama saudara-saudara Muslim di Jogja,” ujarnya.
BACA JUGA: Hagia Sophia, Bangunan 17 Abad Dulu Gereja yang Kini Jadi Masjid
Romo Sukendar menjelaskan, aksi berbagi takjil ini merupakan bagian dari semangat kebersamaan dalam menjalankan ibadah puasa, baik bagi umat Muslim yang tengah menjalani Ramadan maupun umat Katolik yang sedang menjalani Puasa Prapaskah.
“Tuhan mengajak semua orang untuk berbagi cinta. Dalam semangat puasa dan pertobatan, kami ingin mengungkapkan kasih dengan berbagi takjil kepada saudara-saudari yang berpuasa,” kata Romo Sukendar.
Sore itu, sekitar 300 porsi makanan, termasuk nasi ayam suwir, kolak pisang, dan es buah dibagikan kepada para pengendara dan warga sekitar. Tak hanya sebagai bentuk kepedulian, aksi ini juga menjadi ungkapan syukur dari beberapa jemaat yang berulang tahun dan memilih merayakannya dengan berbagi.
Berpuasa Bersama, Berbagi Bersama
Ketua Paguyuban Katolisitas Pugeran, Martinus Murwanto menjelaskan, aksi ini lahir dari tradisi berbagi yang sudah lama dijalankan gereja. Katolisitas sendiri merupakan salah satu komunitas di gereja tersebut yang fokus pada pewartaan kasih melalui tindakan, termasuk kegiatan sosial seperti sarapan bersama setiap Sabtu dan aksi berbagi di bulan puasa.
“Kami ingin menumbuhkan solidaritas. Dalam gereja, kami sudah biasa berbagi, misalnya dalam program Sabtu Imam yang mengajak umat berdoa dan makan pagi bersama. Nah, kali ini, karena bersamaan dengan Ramadan, kami ingin berbagi lebih luas,” tutur Martinus.
Persiapan pembagian takjil ini dilakukan dengan gotong royong. Sejak pagi, para jemaat bergiliran memasak dan menyiapkan makanan, lalu pada sore hari, mereka turun ke jalan untuk membagikannya.
Menurut Martinus, berbagi makanan bukan sekadar tentang memberi, tetapi juga tentang menahan diri—sebuah makna mendalam dari berpuasa. “Dengan berbagi, kita belajar mengurangi hak kita agar bisa memberi kepada orang lain. Ini sejalan dengan ajakan untuk tumbuh bersama, bekerja bersama, dan berbagi bersama,” katanya.
Toleransi dalam Kebersamaan
Aksi berbagi ini bukan pertama kalinya dilakukan Gereja Pugeran. Di tahun-tahun sebelumnya, berbagai kegiatan serupa telah dijalankan, baik dalam lingkup internal gereja maupun kepada masyarakat luas.
Harapan dari aksi ini sederhana, yaitu menciptakan keharmonisan dan mempererat persaudaraan di tengah keberagaman. “Kita semua hidup bersama di Indonesia dengan Pancasila sebagai dasar. Semoga kebersamaan ini terus terjaga, dan kita bisa terus mengungkapkan cinta serta perhatian kepada sesama,” ujar Romo Sukendar.
Saat matahari perlahan mulai tenggelam, senyum dan ucapan terima kasih dari para penerima takjil menjadi spirit bahwa aksi sederhana ini memiliki makna besar. Lebih dari sekadar memberi makanan, inisiatif ini menjadi simbol kehangatan dan persatuan di tengah keberagaman.
Di tengah berbagai isu perpecahan, aksi berbagi takjil ini menjadi simbol bahwa kebersamaan dan toleransi masih tumbuh subur di tengah masyarakat. Ramadan bukan sekadar tentang berpuasa, tetapi juga tentang berbagi dan mempererat persaudaraan lintas iman.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Berita Google